Benda
bersejarah peninggalan zaman Belanda yang berumur ratusan tahun
ditemukan di bunker Stasiun Tanjung Priok. Bentangan pipa tua untuk
sistem pengairan, keramik dikedalaman air 50 cm dan tulang yang sudah
berwarna kehitaman berhasil ditemukan tim arkeolog dari kantor
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan
Purbakala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang.
"Benda
yang kita temukan dalam penggalian di ruang bawah tanah Stasiun Tanjung
Priok akan dibawa untuk diteliti lebih lanjut. Diperkirakan masih ada
ruangan rahasia lainnya yang diharapkan bisa segera terungkap," jelas
Juliadi, tim arkeolog. Bukan hanya itu saja, tim evakuasi bunker juga
menemukan 3 ruang bawah tanah yang dipenuhi dengan air dan lumpur yang
akan digali secara bertahap.
Awal
penggalian bunker dalam kondisi yang menyeramkan dimana ketinggian air
hingga sebetis dan dipenuhi lumpur. Selain itu, banyaknya nyamuk yang
merajalela diruang bawah tanah. Setelah tim mulai melakukan penggalian
kondisinya terlihat makin membaik karena terdapat cahaya dari luar.
Ia
menyatakan, masih memusatkan penggalian di ruang bawah tanah II dimana
didalamnya ditemukan pipa tua yang sudah berkarat dan membentang hingga
menuju terowongan misteri yang berukuran kecil. "Saya belum bisa
memastikan apa yang ada didalam terowongan itu dan air yang berada di
ruangan tersebut tergolong jernih dan tidak mengeluarkan aroma yang
tidak sedap," ungkap Suedi Ananta, tim arkeolog yang ikut melibatkan 9
tukang bangunan untuk membantu proses penggalian.
Saat
ini, tim arkeolog dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang
semakin gencar menguak misteri yang berada di terowongan yang berukuran
kecil tersebut. "Mereka menggali dengan sangat hati-hati karena usia
bangunan ini sudah sangat tua. Saya sangat takjub melihat bahan yang
digunakan untuk membuat tembok ternyata bukan dari bata merah tetapi
batako dan masih berdiri dengan kokohnya," ujar Hardinun, anggota tim
evakuasi bunker Stasiun Tanjung Priok.
Sedangkan
tim arkeolog sudah memulai penggalian dan mereka menginap di lantai 2
yang memiliki ruang kamar tidur yang zaman dulunya digunakan sebagai
kamar hotel. "Kami masih melakukan penggalian hingga 5 hari kedepan.
Diharapkan bisa mendapatkan penemuan baru yang selama ini menjadi
misteri," harap Hardinun kepada wisatapesisir.com yang ikut menyaksikan
langsung proses penggalian terowongan misteri.
Serangkaian
misteri seputar bunker Stasiun Tanjung Priok masih belum terpecahkan
karena membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar untuk menguaknya.
"Ada info terowongan ini menuju pulau onrust, museum fatahillah dan
sebagainya namun masih belum pasti karena perlu bukti yang nyata," tutur
Isroyadi, Kepala Stasiun Tanjung Priok.
Ditambahkannya,
selain bunker, di Stasiun Tanjung Priok juga memiliki wc VVIP yang
masih dipertahankan ornamen dan perlengkapannya. "Hanya sedikit sekali
yang dirubah sehingga ornamennya terkesan modern namun unik," tambahnya.
Sejumlah ruangan antik nampak terlihat sangat cantik dan tetap dalam
kondisi terpelihara diantaranya dapur yang lengkap dengan lemari
makanannya, ruang kecil yang mirip dengan lift namun menggunakan tali
untuk mengantar bahan makanan, ruang dansa tempo dulu, kantor, ruang
resepsionis, kamar hotel dan lain-lain.
Bahkan
nuansa mistik kental tercium di ruangan bawah tanah dan sejumlah lokasi
lainnya. "Selama saya bertugas disini tidak pernah menemukan hal-hal
yang menyeramkan namun ada beberapa orang yang menyebutkan pernah
melihat sosok orang Belanda yang berlalu lalang di sejumlah ruangan,"
ucap Isroyadi.
Sementara
itu, rasa penasaran tim arkeolog makin diuji terkait dengan penemuan
terowongan berukuran kecil yang berada di ruang bawah tanah Stasiun
Tanjung Priok. Maka pantaslah Stasiun Kereta Api Tanjung Priok menjadi
salah satu obyek wisata andalan Jakarta Utara yang terangkum dalam 12
jalur wisata pesisir karena serangkaian misteri peninggalan zaman
Belanda masih menyelimuti lokasi tersebut dan diharapkan bisa menarik
minat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung.
Sumber: kaskus.us
0 komentar
Posting Komentar