Mengintip "Tujuh Bidadari" di Sumowono

Jurug Bali atau Air Terjun Tujuh Bidadari di Desa Keseneng, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/2/2010). Potensi wisata di kawasan tersebut hingga saat ini belum tergarap secara maksimal, salah satunya terkendala infrastruktur jalan. 
 
 
 
 
KOMPAS.com — Konon, sejumlah bidadari pernah mampir untuk mandi di sebuah jurug atau air terjun di Dusun Keseneng, Desa Keseneng, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Ya, wajar saja para bidadari tersebut tertarik ke air terjun tiga susun setinggi sekitar 10 meter tersebut karena airnya jernih, segar, dan udaranya sejuk.

Mitos perempuan cantik berambut panjang dari kayangan mengiringi cerita keindahan air terjun yang oleh warga sekitar disebut sebagai "Tujuh Bidadari". Cerita turun-temurun ini memang layak mewakili kesegaran air yang jatuh dari sela-sela batu Kali Banteng tersebut.

Air terjun yang terletak di sebelah barat Obyek Wisata Bandungan ini masih alami. Jalan setapak tanah yang berada di antara rindangnya pohon bambu mengantarkan perjalanan menuju lokasi air terjun.

Air terjun tiga susun dengan ketinggian sekitar tiga meter masing-masing ini dikelilingi pohon dengan pemandangan terasering persawahan. Tidak jauh dari tempat itu, gemericik air di pertemuan dua sungai, yaitu Kali Beringin dan Kali Banteng, memecah kesunyian.

Semua itu merupakan sebuah perpaduan yang pas bagi penyuka jalan-jalan, sepeda gunung, dan fotografi. Lokasi yang tenang tanpa bising dan polusi kendaraan atau sesaknya pedagang kaki lima membantu menghilangkan penat dari rutinitas. Mungkin juga, kawasan ini bisa menjadi jawaban atas kebosanan setelah mengunjungi sejumlah tempat wisata di Lereng Gunung Ungaran.

Untuk sampai ke lokasi memang perlu tenaga ekstra dengan bertanya kepada penduduk sekitar karena memang belum ada papan informasi menuju ke sana. Akses jalan yang mulus menuju Dusun Keseneng cukup untuk mobil pribadi atau roda dua dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.

Warga dusun itu tentunya akan dengan senang hati menunjukkan jalan menuju air terjun yang kira-kira lima menit perjalanan dengan kendaraan. Selepas dusun, akses jalan memang masih berupa batu dan tanah.

Hanya dibutuhkan 200 langkah kaki orang dewasa untuk sampai ke lokasi dari tempat parkir kendaraan. "Di sini memang belum ada tempat parkir dan tiket masuk untuk wisatawan," ujar Dul Ngadi, Kaur Kesra Desa Keseneng.

Alasan Dul Ngadi (54) mempromosikan air terjun "Tujuh Bidadari" adalah untuk mengenalkan potensi desanya sekaligus mendorong kesejahteraan warga melalui pariwisata. Dia berharap, infrastruktur jalan dari dusun ke air terjun akan diperbaiki.

Yossiady dari Departemen Pariwisata Kabupaten Semarang yang menyurvei lokasi tersebut mengatakan, air terjun "Tujuh Bidadari" akan menjadi tempat wisata baru yang potensial. "Adanya air terjun ini diharapkan bisa memajukan salah satu desa tertinggal dan menjadi mandiri," ujar Yosi.
(Mahendra Yasa)

Artikel terkait :

0 komentar

Next Post Next Post Next Post