Satu
lagi pembuktian kekuasaan Tuhan yang menjadikan sesuatu yang mustahil
menjadi mungkin seperti halnya api yang menyala di dasar laut ini.
Baru-baru ini muncul sebuah fenomena yaitu terjadi retakan di dasar
lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih
hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava
tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap,
dan walaupun air laut ini berlimpah luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Allah bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya:
(وَالْبَحْرِ الْمَسْجُورِ) [الطور: 6]
artinya : ada laut yang di dalam tanahnya ada api.
Laut Yang Mendidih
Nabi SAW bersabda:
“Tidak
ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau
orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan
terdapat api dan di bawah api terdapat lautan.”
Ulasan Hadis
Hadis
ini sangat sesuai dengan sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-quran
pada permulaan Surah Ath-Thur, dimana Allah bersumpah (Maha Besar Allah
yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya
ada api (Al-Bahr Al-Masjur). Sumpahnya:
وَٱلطُّورِ
(١) وَكِتَـٰبٍ۬ مَّسۡطُورٍ۬ (٢) فِى رَقٍّ۬ مَّنشُورٍ۬ (٣)
وَٱلۡبَيۡتِ ٱلۡمَعۡمُورِ (٤)وَٱلسَّقۡفِ ٱلۡمَرۡفُوعِ (٥) وَٱلۡبَحۡرِ
ٱلۡمَسۡجُورِ (٦) إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَٲقِعٌ۬ (٧) مَّا لَهُ ۥ
مِن دَافِعٍ۬ (٨)
artinya
: “Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan
demi Baitul Ma’mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di
dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak
seorangpun yang dapat menolaknya.” (QS. Ath-Thur (52):1-8)
Bangsa
Arab, pada waktu diturunkannya Al-quran tidak mampu menangkap dan
memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada
api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna sajara
sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau
mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu
yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan
air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup
berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah
satunya?
Persepsi
demikan mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai
peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan
firman Allah SWT yang terdapat dalam surah At-Takwir:
وَإِذَا ٱلۡبِحَارُ سُجِّرَتۡ (٦)
artinya : “Dan apabila lautan dipanaskan.” (QS. At-Takwir (81):6)
Namun,
setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut
dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang
yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme
budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka
dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang
membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh
samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai “gunung-gunung tengah
samudera”.
Dengan
mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa
gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besarterdiri dari
bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan
gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat
besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia
melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat
di dalam dasar samudera dan beberapa lautan.sedangkan kedalamannya
mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan
bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi
ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan
memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.
Bebatuan
lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera
dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi
1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai
jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke
kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan “fenomena perluasan
dasar laut dan samudera”. Dengan terus berlangsungnya proses perluasan
ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun
penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar
samudera dan beberapa dasar laut.
Salah
satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa
meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu
memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panaspun tidak
mempu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang
berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di
dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan
seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan
Allah SWT yang tiada batas.
Laut
Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan
gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut inipun kaya
dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini,
dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia,
Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa
kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal
proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel
tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu
diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika
stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorangpun yang berani
mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan
uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan
demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kntemporer, bahwa
ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah
laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.
Kemudian
terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada
di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui
ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi.
Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan ini hingga
kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di dalam pisan
lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan air yang
puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di
permukaan bumi.
Dari sini tampaklah kehebatan hadis Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda:
Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.
Sumber: http://surgaku.com/opini-n-note/fenomena-api-yang-tetap-menyala-di-dasar-laut.html / kaskus.us
Pelansiran
fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadis Rasulullah
SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW,
sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan
diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar
Allah yang menyatakan:
“Dan
tiadalah yang diucapkannya itu [Al Qur’an] menurut kemauan hawa
nafsunya. (3)Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
[kepadanya], (4) yang diajarkan kepadanya oleh [Jibril] yang sangat
kuat, (5) Yang mempunyai akal yang cerdas; dan [Jibril itu] menampakkan
diri dengan rupa yang asli, (6) sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
(7) Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, (8)maka jadilah
dia dekat [pada Muhammad sejarak] dua ujung busur panah atau lebih dekat
[lagi]. (9) Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya [Muhammad] apa yang
telah Allah wahyukan. (10)” (QS. An-Najm (53):3-10)
Tidak
seorangpun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali
baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam
hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang
menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
(Sumber: Pembuktian Sains dalam Sunnah) buku 1, oleh Dr. Zaghlul An-Najjar)
0 komentar
Posting Komentar